Sepercik Cinta…

2
Malam terus berganti dan waktu terus bergulir. jika aku dapat kembali ke masa lalu dan pergi ke masa depan, maka aku akan memilih kembali. Ku akan kembali dan merubah semua penyesalanku selama ini menjadi sesuatu yang dapat menyejukkan hatiku yang telah basah karena air mataku. Semua yang telah terlewati akan ku cari kembali dan tak akan ku lewati. Walau, tak seindah yang ku bayangkan.

Pertanyaan demi pertanyaan datang, dan seakan mendobrak pintu di setiap ruang di kepalaku. kenapa? karena ku yakin, semua yang telah ku lewati, begitu berharga dan tak akan terjadi kembali. Bodoh apa dungu, kata yang pantas bagi orang yang telah melewatkan cintanya begitu saja. apakah aku orang yang seperti itu?. tapi, kata itu telah hambar dimulutku yang selalu kuucapkan dan ku lemparkan kepada diriku sendiri. Memang betul, penyesalan datangnya terkhir.

3 kata yang dapat kuucapkan pada detik itu, ” apa salah ku?”, dan seakan membanyangi semua kegiatanku. Terkekang oleh penyesalan yang tak berarti. walau ku coba membuang jauh rasa semua tentangnya yang terbungkus oleh rasa penyesalan itu. jauh, dari tempatku menangis. tapi bayangannya datang lagi, dan lagi. apa bisanya aku?. apa aku hanya bisa membuat sebuah penyesalan ini? apa aku hanya bisa mengenang dia? semua pertanyaan itu dapat terjawab setelah ku mendapat jawaban pertanyaan dari hatiku, ” apa aku bisa melepaskannya?”. . . tolong hati ku ini. walau dengan satu kata yang terucap dari bibirmu.

Ibu, Kenapa Engkau Menangis?

31
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?”. Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak”. “Aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti….”

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?”Sang ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan”. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan.”Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?”Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,”Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.

Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada
bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan
jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang
diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan”.

Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup.